Langsung ke konten utama

Contoh Mini Riset Pelaksaaan Bimbingan dan Korseling

MINI RISET
PELAKSANAAN PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING
DI SMP MUHAMMADIYAH 49 TEGAL REJO



DISUSUN OLEH :
NITA ELVIRA                                              (1502030010)
SURABINA BR. TARIGAN                                    (1502030031)
RETNO AYUNI                                            (1502030037)
NOVA ANGGRILLA YOSA                                   (1502030039)
ADE YUSRA KURNIATI POHAN             (1502030041)
IVANA MAYFARADILA BR. K                (1502030046)


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
2017

KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb
Puji syukur saya penulis ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala karunia dan rahmatnya sehingga penulis mampu  menyelesaikan Observasi Bimbingan dan Konseling. Observasi ini berisi tentang peran guru matematika dalam kegiatan Bimbingan dan Konseling di Sekolah SMP Muhammadiyah 49 Tegal Rejo. Semoga dengan membaca observasi ini, pembaca dapat mengetahui peran guru matematika dalam kegiatan Bimbingan dan Konseling.
Kami  ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1.      Ibu Dra. Rosna Juwita selaku kepala sekolah SMP Muhammadiyah 49 Tegal Rejo yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk melakukan observasi.
2.      Bapak Drs. H. A. Fauzi, M.Si selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah            Bimbingan dan Konseling.
3.      Ibu guru Matematika yang telah memberikan informasi kepada kami           tentang peran guru Matematika dalam kegiatan Bimbingan dan Konseling.
4.       Ibu guru Bimbingan dan Konseling yang telah memberikan             informasi kepada kami mengenai peran guru matematika dalam       kegiatan Bimbingan dan Konseling.
            Semoga Observasi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca. Kami  menyadari bahwa Observasi yang ditulis belum sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang sehat dan bersifat membangun diri bagi Penyusun, agar dapat memperbaiki kekurangan penyusun. Kami ucapkan terima kasih.

Medan,       Mei  2017


PENYUSUN


DAFTAR ISI
Halaman Pengesahan.................................................................................................            
Abstrak......................................................................................................................
Kata Pengantar......................................................................................................... i           
Daftar Isi.................................................................................................................. ii
Daftar Tabel............................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang................................................................................................... 1
B.     Rumusan Masalah.............................................................................................. 2
C.     Tujuan Penelitian............................................................................................... 3
D.    Manfaat Penelitian............................................................................................. 3
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A.    Pengertian Bimbingan dan Konseling............................................................... 4
B.     Tujuan Bimbingan dan Konseling..................................................................... 6
C.     Fungsi Bimbingan dan Konseling...................................................................... 6
D.    Prinsip Bimbingan dan Konseling..................................................................... 7
E.     Pendekatan Pelayanan Bimbingan dan Konseling............................................ 9
F.      Asas-asas Bimbingan dan Konseling............................................................... 10
G.    Landasan Layanan Bimbingan dan Konseling................................................ 12
H.    Layanan Pemberian Bantuan Bimbingan dn Konseling.................................. 15
BAB III METODE PENELITIAN
A.    Subjek Penelitian............................................................................................. 17
B.     Deskripsi Penelitian......................................................................................... 17
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A.    Hasil Penelitian................................................................................................ 18
B.     Pembahasan..................................................................................................... 22
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A.    Kesimpulan...................................................................................................... 25
B.     Saran................................................................................................................ 25
Daftar Pustaka....................................................................................................... 26
Lampiran....................................................................................................................

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Struktur Kurikulum................................................................................ 20
Tabel 2. Data Siswa Tahun 2015/2016................................................................ 20
Tabel 3. Jumlah Siswa dan Jumlah Rombongan Belajar Tahun Pelajaran 2012/2013            20
Tabel 4. Jumlah Semua Guru............................................................................... 21
Tabel 5. Jumlah Guru Setiap Mata pelajaran....................................................... 21


 BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
            Implementasi Bimbingan dan Konseling di Sekolah diorientasikan kepada upaya memfasilitasi perkembangan potensi Konseling, yang meliputi aspek pribadi, sosial, belajar, dan karir atau terkait dengan pengembangan pribadi Konseli sebagai makhluk yang berdimensi biopsikososiospiritual (biologis, psikis, sosial, dan spiritual). Bimbingan dan Konseling adalah upaya pemberian bantuan yang dirancang dengan  memfokuskan pada kebutuhan, kekuatan minat dan isu-isu yang berkaitan dengan tahap perkembangan anak merupakan bagian penting dari keseluruhan program pendidikan.
            Dasar pemikiran penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling di Sekolah, bukan semata-mata terletak pada ada atau tidak adanya landasan hukum perundang-undangan atau ketentuan dari atas, namun yang lebih penting adalah menyangkut upaya memfasilitasi peserta didik yang selanjutnya disebut Konseli, agar mampu mengembangkan potensi dirinya atau mencapai tugas-tugas perkembangannya (menyangkut aspek fisik, emosi, intelektual, sosial, dan moral spiritual).
            Konseli sebagai seorang individu yang sedang berada dalam proses berkembang atau menjadi (on becoming), yaitu berkembang kearah kematangan atau kemandirian. Untuk mencapai kematangan tersebut, Konseli memerlukan bimbingan karena mereka masih kurang memiliki pemahaman atau wawasan tentang dirinya dan lingkungannya, juga pengalaman dalam menentukan arah kehidupannya.
            Dalam pelaksanaanya keberhasilan pelayanan Bimbingan dan Konseling sangat ditentukan oleh kerjasama yang harmonis dengan seluruh personil sekolah. Salah satunya peranan guru Matematika dalam kegiatan Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Guru Matematika tersebut harus memiliki pemahaman yang luas mengenai Bimbingan dan Konseling antara lain seperti pemahaman guru mengenai konsep dasar dan implementasi pelayanan Bimbingan dan Konseling, sehingga dalam pelaksanaannya program Bimbingan dan Konseling tersebut dapat berjalan sesuai dengan pedomannya atau bahkan dapat mengembangkan program Bimbingan dan Konseling tersebut. Melalui program Bimbingan dan Konseling siswa-siswa mendapatkan bimbingan baik dalam kegiatan pembelajaran dan kehidupannya dilingkungan tempat mereka  tinggal, Bimbingan dan Konseling tidak hanya diberikan kepada siswa-siswa yang memiliki masalah saja tetapi Bimbingan dan Konseling juga berperan penting dalam perencanaan masa depan semua siswa.
            Dalam hal ini, peranan guru Matematika dalam pelaksanaan Bimbingan dan Konseling sangat diperlukan dalam proses belajar mengajar, dimana apabila guru Matematika menguasi pemahaman konsep Bimbingan dan Konseling secara langsung guru tersebut dapat memahami karakter serta dapat memahami permasalahan yang dihadapi siswa saat mengalami masalah dalam belajar. Selain itu, guru Matematika juga harus menjalin koordinasi dengan guru Bimbingan dan Konseling di Sekolah agar pelaksanaan pelayanan Bimbingan dan Konseling dapat berjalan dengan lancar baik secara umum maupun secara khusus seperti saat proses pembelajaran Matematika.
            Oleh Karena itu, melalui Observasi ini diharapkan kita sebagai calon guru dapat memperbaiki penyelenggaraan program Bimbingan dan Konseling dan  dapat menambah wawasan mengenai peran guru Matematika dalam kegiatan Bimbingan dan Konseling  sehingga dapat mengaplikasikan  peranan guru Matematika dalam kegiatan Bimbingan dan Konseling  tersebut dengan baik.

B.     Rumusan Masalah
            Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan didapati rumusan masalah, yaitu: “Bagaimana peran guru Matematika dalam kegiatan Bimbingan dan Konseling di Sekolah SMP Muhammadiyah 49 Tegal Rejo ?”




C.    Tujuan Penelitian
            Untuk mengetahui bagaimana peran guru Matematika dalam  kegiatan Bimbingan dan Konseling di Sekolah SMP Muhammadiyah 49 Tegal Rejo.

D.    Manfaat  Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah:
1.      Bagi Guru Matematika
a.       Guru Matematika di sekolah dapat mengetahui melaksanakan peranan guru Matematika dalam kegiatan Bimbingan dan Konseling dengan baik.
b.      Dapat meningkatkan pemahaman guru Matematika mengenai Bimbingan dan Konseling.
2.      Bagi Mahasiswa
a.       Memenuhi tugas (tanggung jawab) dan mendapatkan nilai dari tugas yang telah dibuat ini.
b.      Menambah wawasan dalam melaksanakan penelitian dan dalam mengerjakan Observasi ini.
c.       Menjadi pengalaman untuk melakukan penelitian selanjutnya.










BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.    Pengertian Bimbingan Dan Konseling
            Bimbingan merupakan sebuah istilah yang sudah umum digunakan dalam dunia pendidikan. Bimbingan pada dasarnya merupakan upaya bantuan untuk membantu individu mencapai perkembangan yang optimal. Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada individu dari seorang yang ahli, namun tidak sesederhana itu untuk memahami pengertian dari bimbingan. Tujuan bimbingan adalah perkembangan optimal. Perkembangan optimal ini adanya kesesuaian antara potensi dan sistem nilai tentang kehidupan yang baik dan benar. Yang mana peserta didik tidak hanya berkembang dalam kemampuan intelektualnya saja tetapi pada perkembangan optimal ini individu akan belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan yang terus-menerus berubah.
            Ada banyak definisi tentang Bimbingan dan Konseling. Frank Parson (Prayitno,1999:93) mendefinisikan bimbingan sebagai bantuan yang diberikan kepada individu untuk dapat memilih, mempersiapkan diri, dan memangku suatu jabatan serta mendapat kemajuan jabatan yang dipilihnya itu. Dan konseling diartikan sebagai kegiatan pengungkapan fakta atau data tentang siswa, serta pengarahan kepada siswa untuk dapat mengatasi sendiri masalah-masalah yang dihadapinya.
            Dari beberapa pengertian bimbingan dapat diambil kesimpulan bahwa bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan kepada individu secara berkelanjutan dan sistematis, yang dilakukan oleh seorang ahli yang telah mendapat latihan khusus untuk itu, dimaksudkan agar individu dapat memahami dirinya, lingkungannya serta dapat mengarahkan diri dan menyesuaikan diri dengan lingkungan untuk dapat mengembangkan potensi dirinya secara optimal untuk kesejahteraan dirinya dan kesejahteraan masyarakat.
            Sedangkan pengertian konseling secara Etimologi berasal dari bahasa Latin “consilium” artinya “dengan” atau “bersama” yang dirangkai dengan “menerima” atau “memahami”. Sedangkan dalam Bahasa Anglo Saxon istilah konseling berasal dari “sellan” yang berarti “menyerahkan” atau “menyampaikan” Konseling meliputi pemahaman dan hubungan individu untuk mengungkapkan kebutuhan-kebutuhan, motivasi, dan potensi-potensi yang unik dari individu dan membantu individu yang bersangkutan untuk mengapresiasikan ketiga hal tersebut.
            Konseling adalah kegiatan dimana semua fakta dikumpulkan dan semua pengalaman siswa difokuskan pada masalah tertentu untuk diatasi sendiri oleh yang bersangkutan, dimana ia diberi bantuan pribadi dan langsung dalam pemecahan itu. Konselor tidak memecahkan masalah untuk klien. Konseling harus ditujukan pada perkembangan yang progresif dari individu untuk memecahkan masalah-masalahnya sendiri tanpa bantuan (Jones, 1951). Dengan demikian Bimbingan dan Konseling adalah suatu bantuan yang diberikan kepada semua siswa untuk mengenal pribadinya, mengenal lingkunganya, merencanakan masa depannya dan usaha Konselor untuk membantu Klien dalam memecahkan masalah yang dihadapinya.
Dalam pengertian tersebut, maka disimpulkan beberapa pokok bahwa:
1.      Bimbingan dan Konseling merupakan pelayanan bantuan bukan layanan pengajaran.
2.      Pelayanan Bimbingan dan Konseling dilakukan melalui kegiatan perorangan dan kelompok.
3.      Arah Bimbingan dan Konseling adalah membantu peserta didik untuk dapat melaksanakan kehidupan sehari-hari secara mandiri dan berkembang secara optimal.
4.      Ada empat bidang bimbingan, yaitu bimbingan pribadi, social, belajar dan karir.
5.      Pelayanan Bimbingan dan Konseling dilaksanakan melalui jenis-jenis layanan tertentu, ditunjang sejumlah kegiatan pendukung.
6.      Pelayanan Bimbingan dan Konseling harus didasarkan pada norma-norma yang berlaku.

B.     Tujuan Bimbingan Dan Konseling
Tujuan dari pelayanan Bimbingan dan Konseling adalah:
1.      Memandirikan siswa dan mengembangkan potensi siswa secara optimal artinya bimbingan bertujuan menjadikan siswanya menjadi pribadi yang tidak tergantung pada orang lain dan bertanggung jawab pada diri sendiri.
2.      Keefektifan sehari-hari dengan memperhatikan potensi siswa artinya bimbingan yang diberikan harus bermakna dengan tidak menyampingkan potensi yang dimiliki oleh setiap siswa.
3.      Memiliki kesadaran akan potensi diri dalam belajar, dan memahami berbagai hambatan yang muncul dalam proses belajar.
4.      Memiliki kemampuan berinteraksi sosial yang diwujudkan dengan persahabatan, persaudaraan dengan sesama manusia.

C.    Fungsi Bimbingan dan Konseling
1.      Fungsi Pemahaman
            Fungsi pemahaman adalah fungsi Bimbingan dan Konseling yang akan menghasilkan pemahaman tentang sesuatu oleh pihak-pihak tertentu sesuai dengan kepentingan pengembangan peserta didik. Pemahaman meliputi:
a.       Pemahaman tentang diri peserta didik, terutama oleh peserta didik sendiri, orang tua, guru dan Konselor.
b.      Pemahaman tentang lingkungan peserta didik termasuk didalamnya lingkungan keluarga dan sekolah.
c.       Pemahaman tentang lingkungan, termasuk informasi pendidikan, informasi jabatan/pekerjaan, informasi social dan budaya.
2.      Fungsi Pencegahan
            Fungsi pencegahan yaitu fungsi Bimbingan dan Konseling yang akan menghasilkan tercegahnya atau terhindarnya peserta didik dari permasalahan yang mungkin timbul, yang akan dapat mengganggu, menghambat ataupun menimbulkan kesulitan dan kerugian-kerugian tertentu dalam proses perkembangannya.

3.      Fungsi Pengentasan
            Fungsi pengentasan yaitu fungsi Bimbingan dan Konseling yang akan menghasilkan terentasnya atau teratasinya berbagai permasalahan yang dialami oleh peserta didik.
4.      Fungsi Pemeliharaan dan Pengembangan
            Yaitu fungsi Bimbingan dan Konseling yang akan menghasilkan terpelihara dan terkembangnya berbagai potensi dan kondisi positif peserta didik dalam rangka perkembangan dirinya secara mantap dan berkelanjutan.
5.      Fungsi Advokasi
            Yaitu fungsi Bimbingan dan Konseling untuk membantu peserta didik memperoleh pembelaan atas hak atau kepentingan yang kurang mendapat perhatian.

D.    Prinsip-Prinsip Bimbingan dan Konseling
            Berkenaan dengan prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling, Arifin dan Eti Kartikawati (1994) menjabarkan prinsip-prisip Bimbingan dan Konseling kedalam empat bagian, yaitu:
1.      Prinsip-prinsip Umum
a.       Bimbingan harus berpusat pada individu yang di bimbingnya.
b.      Bimbingan diberikan untuk memberikan bantuan agar individu yang dibimbing mampu mengarahkan dirinya dan menghadapi kesulitan-kesulitan dalam hidupnya.
c.       Pemberian bantuan disesuaikan dengan kebutuhan individu yang dibimbing.
d.      Pelaksanaan bimbingan dan konseling dimulai dengan mengidentifikasi kebutuhan yang dirasakan individu yang dibimbing.
e.       Upaya pemberian bantuan harus dilakukan secara fleksibel.
f.       Program Bimbingan dan Konseling harus dirumuskan sesuai dengan program pendidikan dan pembelajaran di sekolah yang bersangkutan.
g.      Untuk mengetahui hasil yang diperoleh dari upaya pelayanan Bimbingan dan Konseling, harus diadakan penilaian secara teratur dan berkesinambungan.
2.      Prinsip-prinsip yang Berhubungan dengan Sasaran Layanan
a.       Bimbingan dan Konseling melayani semua individu tanpa memandang umur, jenis kelamin, suku, agama, dan status social ekonomi.
b.      Bimbingan dan Konseling berurusan dengan pribadi dan tingkah laku individu yang unik dan dinamis.
c.       Bimbingan dan Konseling memperhatikan sepenuhnya tahap dan berbagai aspek perkembangan individu.
d.      Bimbingan dan Konseling memberikan perhatian utama kepada perbedaan individual yang menjadi orientasi pokok pelayanan.
3.      Prinsip-prinsip yang Berhubungan dengan Pemasalahan Individu
a.       Bimbingan dan Konseling berurusan dengan hal-hal yang menyangkut pengaruh kondisi mental dan fisik individu terhadap penyesuaian dirinya di rumah, di sekolah, serta dalam kaitannya dengan kontak social dan pekerjaan, dan sebaliknya dengan pengaruh lingkungan terhadap kondisi mental dan fisik individu.
b.      Kesenjangan social, ekonomi, dan kebudayaan merupakan factor timbulnya masalah pada individu yang kesemuanya menjadi perhatian utama pelayanan Bimbingan dan Konseling.
4.      Prinsip-prinsip yang  Berhubungan dengan Program Pelayanan
a.       Bimbingan dan Konseling merupakan bagian yang integral dari upaya pendidikan dan pengembangan individu, oleh karena itu program Bimbingan dan Konseling harus diselaraskan dan dipadukan dengan program pendidikan serta pengembangan peserta didik.
b.      Program Bimbingan dan Konseling harus fleksibel, disesuaikan dengan kebutuhan individu, masyarakat dan kondisi lembaga.
c.       Program Bimbingan dan Konseling disusun secara berkelanjutan dari jenjang pendidikan yang terendah sampai tertinggi.
d.      Terhadap isi dan pelaksanaan program Bimbingan dan Konseling perlu diadakan penilaian yang teratur dan terarah.
5.      Prinsip-prinsip yang Berhubungan dengan Tujuan Pelaksanaan Pelayanan
a.       Bimbingan dan Konseling harus diarahkan untuk pengembangan individu yang akhirnya mampu membimbing diri sendiri dalam menghadapi permasalahan.
b.      Dalam proses Bimbingan dan Konseling keputusan yang diambil dan yang akan dilakukan oleh individu hendaknya atas kemauan individu itu sendiri, bukan karena kemauan atau desakan dari pembimbing atau pihak lain.
c.       Permasalahan individu harus ditangani oleh tenaga ahli dalam bidang yang relevan dengan permasalahan yang dihadapi.
d.      Kerjasama antara Guru Bimbingan dan Konseling, Guru lain, dan orang tua amat menentukan hasil pelayanan Bimbingan dan Konseling.
e.       Pengembangan program pelayanan Bimbingan dan Konseling ditempuh melalui pemanfaatan yang maksimal dari hasil pengukuran dan penilaian terhadap individu yang terlibat dalam proses pelayanan Bimbingan dan Konseling itu sendiri.

E.     Pendekatan Layanan Bimbingan dan Konseling
            Adapun beberapa pendekatan yang dapat dilakukan dalam layanan Bimbingan dan Konseling ini, yaitu:
1.      Pendekatan Krisis
            Dalam pendekatan ini, pembimbing menunggu munculnya suatu krisis/masalah dan dia bertindak membantu seseorang yang menghadapi krisis tersebut. Teknik yang digunakan dalam pendekatan ini adalah teknik-teknik yang secara pasti dapat mengatasi kriris itu.
2.      Pendekatan Remedial
            Guru memfokuskan bantuannya kepada upaya menyembuhkan atau memperbaiki kelemahan-kelemahan yang nampak. Tujuan bantuan dari pendekatan ini ialah menghindarkan terjadinya krisis yang mungkin terjadi.

3.      Pendekatan Preventif
            Mengantisipasi masalah-masalah generic dan mencegah terjadinya masalah. Model preventif ini didasarkan kepada pemikiran bahwa jika guru atau pembimbing dapat memberikan sebuah penyuluhan kepada siswa agar siswa menyadari akan bahaya dari berbagai kegiatan yang dapat memunculkan masalah. Misalkan bahaya putus sekolah, berkelahi, merokok dan lain-lain.
4.      Pendekatan Perkembangan
            Bimbingan yang menggunakan pendekatan ini beranjak dari pemahaman tentang keterampilan dan pengalaman khusus yang dibutuhkan siswa untuk mencapai keberhasilan disekolah dan didalam kehidupan.

F.     Asas-Asas Layanan Bimbingan dan Konseling
            Pelayanan Bimbingan dan Konseling adalah pekerjaan profesional. Sesuai dengan makna uraian tentang pemahaman, penanganan dan penyikapan Konselor terhadap kasus, pekerjaan profesional mengikuti kaidah-kaidah yang menjamin efisiensi dan efektivitas proses dan lainnya. Kaidah-kaidah tersebut dikenal dengan asas-asas Bimbingan dan Konseling. Asas Bimbingan Konseling yaitu ketentuan-ketentuan yang harus diterapkan dalam penyelenggaraan pelayanan itu. Adapun Asas-asas layanan Bimbingan dan Konseling yaitu:
1.      Asas Kerahasiaan
            Asas yang menuntut dirahasiakannya segenap data dan keterangan siswa (klien) yang menjadi sasaran pelayanan yaitu, data atau keterangan yang tidak boleh dan tidak layak diketahui orang lain. Dalam hal ini, guru pembimbing (konselor) berkewajiban memelihara dan menjaga semua data dan keterangan itu sehingga kerahasiaannya benar-benar terjamin.
2.      Asas Kesukarelaan
            Asas yang menghendaki adanya kesukarelaan dan kerelaan siswa mengikuti, menjalani layanan atau kegiatan yang diperuntukan baginya. Guru pembimbing (konselor) berkewajiban membina dan mengembangkan kesukarelaan.
3.      Asas Keterbukaan
            Asas yang menghendaki agar siswa (klien) yang menjadi sasaran layanan atau kegiatan bersikap terbuka dan tidak berpura-pura, baik dalam hal memberikan keterangan tentang dirinya sendiri maupun dalam menerima berbagai informasi dan materi dari luar yang berguna bagi pengembangan dirinya. Konselor berkewajiban mengembangkan keterbukaan siswa. Asas keterbukaan ini bertalian erat dengan asas kerahasiaan dan kesukarelaan.
4.      Asas Keyakinan
            Dalam asas ini diharapkan konselor dapat mengarahkan klien untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapinya sekarang.
5.      Asas Kemandirian
            Pelayanan Bimbingan dan Konseling bertujuan menjadikan si terbimbing dapat berdiri sendiri, tidak tergantung pada orang lain atau tergantung pada Konselor. Individu yang dibimbing setelah dibantu diharapkan dapat mandiri dengan ciri-ciri pokok mampu mengenal diri sendiri dan lingkungan sebagaimana adanya, menerima diri sendiri dan lingkungan secara positif, mengambil keputusan untuk dan oleh diri sendiri dan mengarahkan diri sesuai dengan keputusan itu.
6.      Asas Kegiatan
            Dalam asas ini klien harus mampu melakukan sendiri kegiatan-kegiatan tersebut dalam rangka mencapai tujuan Bimbingan dan Konseling yang telah ditetapkan. Di pihak lain Konselor harus berusaha atau mendorong agar kliennya mampu melakukan kegiatan yang telah ditetapkan tersebut.
7.      Asas Kedinamisan
            Asas yang menghendaki agar isi layanan terhadap sasaran layanan (siswa/klien) hendaknya selalu bergerak maju, tidak monoton, dan terus berkembang serta berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dan tahap perkembangannya dari waktu ke waktu.
8.      Asas Keterpaduan
            Asas yang menghendaki agar berbagai layanan dan kegiatan Bimbingan dan Konseling, baik yang dilakukan oleh guru pembimbing maupun pihak lain, saling menunjang, harmonis, dan terpadu.
9.      Asas Kenormatifan
            Asas yang menghendaki agar seluruh layanan dan kegiatan Bimbingan dan Konseling didasarkan pada norma-norma, baik norma agama, hukum, peraturan, adat istiadat, ilmu pengetahuan, dan kebiasaan-kebiasaan yang berlaku.
10.  Asas Keahlian
            Asas Keahlian menghendaki agar layanan Bimbingan Konseling diselenggarakan atas dasar kaidah-kaidah profesional. Dalam hal ini para pelaksana Bimbingan dan Konseling hendakalah tenaga yang benar-benar ahli dalam bidang Bimbingan dan Konseling.
11.  Asas Alih Tangan
            Dalam pemberian Bimbingan dan Konseling, asas alih tangan jika Konselor sudah mengerahkan segenap kemampuannya untuk membantu individu, namun individu yang bersangkutan belum dapat terbantu sebagaimana yang diharapkan, maka Konselor dapat mengirim individu tersebut kepada petugas atau badan yang lebih ahli.
12.  Asas Tutwuri Handayani
            Asas Tutwuri Handayani adalah asas Bimbingan dan Konseling yang menghendaki agar pelayanan Bimbingan dan Konseling secara keseluruhan dapat menciptakan suasana yang mengayomi (memberikan rasa aman).

G.    Landasan Layanan Bimbingan dan Konseling
1.      Landasan Filosofis
            Kata Filosofis atau filsafat adalah bahasa arab yang berasal dari kata yunani: filosofia (philosophia). Dalam bahasa Yunani kata filosofia itu merupakan kata majemuk yang terdiri atas filo (philos) dan sofia (shopos). Filo artinya cinta dalam arti yang seluas-luasnya, yaitu ingin mengetahui segala sesuatu. Sementara Sofia artinya kebijaksanaan atau hikmah. Dengan demikian, filsafat itu artinya cinta kepada kebijaksanaan atau hikmah atau ingin mengerti segala sesuatu secara mendalam.
            Landasan filosofis dalam pelayanan Bimbingan dan Konseling akan membantu Konselor memahami hakikat siswa sebagai manusia. Tanpa memahami filsafat tentang manusia, pelaksanaan layanan Bimbingan dan Konseling akan menjadi tidak optimal hasilnya. Seorang Konselor dalam berinteraksi dengan kliennya harus mampu melihat dan memperlakukan kliennya sebagai sosok utuh manusia dengan berbagai dimensi dan keunikannya.
2.      Landasan Religius
            Menurut sifat hakiki manusia adalah mahluk beragama, yaitu mahluk yang mempunyai fitrah untuk memahami dan menerima nilai-nilai kebenaran yang bersumber dari agama, serta sekaligus menjadikan kebenaran agama itu sebagai rujukan sikap dan perilakunya. Keyakinan bahwa manusia adalah mahluk Tuhan, mengisyaratkan pada ketinggian derajat dan keindahan makhluk manusia serta peranannya sebagai Khalifah di bumi.
            Dengan mengamalkan ajaran agama, berarti manusia telah mewujudkan jati dirinya, identitas dirinya yaitu sebagai hamba Allah dan Khalifah di muka bumi. Sebagai Khalifah berarti manusia menurut fitrahnya adalah mahluk sosial yang bersifat membantu orang lain. Manusia memiliki potensi atau kemampuan untuk bersosialisasi, berinteraksi sosial secara positif dengan orang lain atau lingkungannya.
3.      Landasan Psikologis
            Manusia terus berkembang dan mengalami perubahan secara bertahap sehingga berpengaruh besar terhadap penyelenggaraan layanan Bimbingan dan Konseling di berbagai bidang. Landasan psikologis merupakan landasan yang dapat memberikan pemahaman bagi Konselor tentang perilaku individu yang menjadi sasaran klien.
            Landasan psikologis berkaitan erat dengan proses perkembangan manusia yang sifatnya unik, berbeda dari individu lain dalam perkembangannya.
4.      Landasan Sosial Budaya
            Landasan sosial budaya merupakan landasan yang dapat memberikan pemahaman kepada Konselor tentang dimensi sosial dan budaya sebagai faktor yang mempengaruhi perilaku individu. Seorang individu pada dasarnya merupakan produk lingkungan sosial budaya dimanapun ia hidup. Sejak lahir, ia sudah dididik dan diajarkan untuk mengembangkan pola-pola perilaku sejalan dengan tuntutan sosial budaya yang ada di sekitarnya.
            Komunikasi interpersonal antara Konselor dengan klien pasti akan terjadi dalam proses konseling. Tentunya Konselor dan klien memiliki latar sosial dan budaya yang berbeda. Pederson dalam Prayitno (2003) mengemukakan lima macam hambatan yang timbul dalam komunikasi sosial dan penyesuaian diri antarbudaya, yaitu perbedaan bahasa, komunikasi nonverbal, stereotipe, kecenderungan menilai dan kecemasan.
5.      Landasan Ilmiah dan Teknologi
            Pelayanan Bimbingan dan Konseling merupakan kegiatan profesional yang dilaksanakan atas dasar keilmuan baik yang menyangkut teori, pelaksanaan kegiatan maupun pengetahuan tentang Bimbingan dan Konseling yang tersusun secara logis dan sistematis. Praktek Bimbingan dan Konseling memerlukan dukungan perangkat teknologi. Perangkat teknologi yang dimanfaatkan secara langsung dalam praktik pelayanan Bimbingan dan Konseling adalah komputer.
6.      Landasan Paedagogis
            Landasan paedagogis pelayanan Bimbingan dan Konseling setidaknya berkaitan dengan:
a.       Pendidikan sebagai upaya pengembangan manusia dan bimbingan merupakan salah satu bentuk kegiatan pendidikan.
b.      Pendidikan sebagai inti proses Bimbingan dan Konseling.
c.       Pendidikan lebih lanjut sebagai inti tujuan Bimbingan dan Konseling.
H.    Layanan Pemberian Bantuan Bimbingan dan Konseling
            Dalam pemberian layanan Bimbingan dan Konseling, terdapat beberapa layanan yang dapat diberikan kepada Konseli, diantaranya:
1.      Layanan Orientasi
            Layanan orientasi yaitu layanan konseling yang memungkinkan klien memahami lingkungan yang baru dimasukinya untuk mempermudah dan memperlancar berperannya klien dalam lingkungan baru tersebut.
2.      Layanan Informasi
            Layanan informasi yaitu layanan konseling yang memungkinkan klien menerima dan memahami berbagai informasi yang dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dan pengambilan keputusan untuk kepentingan klien.
3.      Layanan Penempatan dan Penyaluran
            Layanan penempatan dan penyaluran yaitu layanan konseling yang memungkinkan klien memperoleh penempatan dan penyaluran yang sesuai dengan bakat dan kemampuan masing-masing.
4.      Layanan Penguasaan Konten
            Layanan penguasaan konten yakni layanan konseling yang memungkinkan klien mengembangkan diri berkenaan dengan sikap dan kebiasaan belajar yang baik, materi pelajaran yang cocok dengan kecepatan dan kesulitan belajarnya, serta berbagai aspek tujuan dan kegiatan belajar lainnya.
5.      Layanan Konseling Individual
            Konseling individual adalah proses belajar melalui hubungan khusus secara pribadi dalam wawancara antara seorang Konselor dan seorang konseli/klien. Konseli/klien mengalami kesukaran pribadi yang tidak dapat dipecahkan sendiri, kemudian ia meminta bantuan Konselor sebagai petugas yang profesional dalam jabatannya dengan pengetahuan dan keterampilan psikologi.
6.      Layanan Bimbingan Kelompok
            Bimbingan kelompok dimaksudkan untuk mencegah berkembangnya masalah atau kesulitan pada diri konseli/klien secara berkelompok. Isi kegiatan bimbingan kelompok terdiri atas penyampaian informasi yang berkenaan dengan masalah pendidikan, pekerjaan, pribadi, dan masalah sosial yang tidak disajikan dalam bentuk pelajaran.
7.      Layanan Konseling Kelompok
            Strategi berikutnya dalam melaksanakan program Bimbingan dan Konseling adalah konseling kelompok. Konseling kelompok merupakan upaya bantuan kepada peserta didik dalam rangka memberikan kemudahan dalam perkembangan dan pertumbuhannya.
8.      Layanan Konsultasi
            Pengertian konsultasi dalam program Bimbingan dan Konseling adalah sebagai suatu proses penyediaan bantuan teknis untuk Konselor, orang tua, Administrator dan Konselor lainnya dalam mengidentifikasi dan memperbaiki masalah yang membatasi efektivitas peserta didik atau sekolah.


















BAB III
METODE PENELITIAN

A.    Subjek Penelitian
Subjek penelitian mencantumkan:
Lokasi             : Sekolah SMP Muhammadiyah 49 Tegal Rejo.
Waktu             : -
Mata Kuliah    : Bimbingan dan Konseling

B.     Deskripsi Penelitian
            Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi observasi proses pengembangan, observasi aktivitas siswa dan guru Matematika. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan pemahaman mengenai peranan guru Matematika dalam kegiatan Bimbingan dan Konseling di Sekolah.

















BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.    Hasil Penelitian
            Deskripsi analisis data kuantitatif yang disajikan merupakan analisis data yang diperoleh dari hasil observasi. Ringkasan hasil analisis analisis data SMP Muhammadiyah 49 Tegal Rejo dibuat dalam tabel.
1.      Profil Sekolah
a.       Nama Sekolah                                           : SMP Muhammadiyah 49
b.      Alamat                                                      : Jalan mesjid Taufik Gg.                      Madrasah No. 5 Medan
                                                                    Kelurahan Tegal Rejo                         Kecamatan Medan Timur
                                                                    Kota Medan
c.       E-mail                                                        : smp_muhammadiyah49@yahoo.com  
d.      Status Madrasah                                       : Swasta
e.       Jenjang Akreditasi                                    : B Tahun 2013
                                                                    Tanggal Akreditasi Terakhir   28 Desember 2013
f.       Nama Yayasan/Pengelola                         : PCM Mmuhammadiyah                      Tegal Rejo
g.      N.S.S                                                         : 204077600236
h.      N.P.S.N                                                     : 10258436
i.        Luas Tanah                                                : 530 m².
j.        Luas Bangunan Lantai Bawah                  : 260   m²
k.      Status Tanah Dan Bangunan                    :  Milik Sendiri
l.        Jumlah Ruang Belajar                               : 6  Lokal Kelas
m.    Waktu Belajar                                           : Siang, Pukul 13.00 s/d                        18.00 WIB                                                                     
n.      Jenis Kegiatan Ekstra Kurikuler               :
1.      Pramuka
2.      Fut Sall  
3.      Seni Tari
o.      Di Lokasi ini, Terdapat Juga SD Muhammadiyah 21 Yang Dikelola Oleh Yayasan Yang Sama
p.      Visi dan Misi Madrasah:
1)      Visi :                                                   
Menjadi Lembaga Penddikan Islam Alternatif Dalam Mewujudkan Generasi Muda Yang Memiliki Sikap Positif Terhadap Ilmu Pengetahuan
2)      Misi:                                                  
a)      Memberikan Pengalaman Belajar dan Keagamaan Yang Menyenangkan.
b)      Menanamkan Sifat dan Berprilaku Yang Baik, sopan, dan Santun.
c)      Menumbuhkan sikap Cinta Terhadap Ilmu Pengetahuan Umum dan Agama Bagi Para Siswanya.
2.      Komponen-komponen madrasah
a.      Kurikulum
1)      Struktur Kurikulum

KOMPONEN
KELAS / ALOKASI WAKTU

JUMLAH
VII
(1 ROMBEL)
VIII
(1 ROMBEL)
IX
(1 ROMBEL)
A.    MATA PELAJARAN
1.      Pendidikan Agama Islam
a.       Al-Qur’an Hadits
b.      Aqidah Akhlak
c.       Fiqih
d.      SKI
2.      PKN
3.      Bahasa Indonesia
4.      Bahasa Arab
5.      Bahasa Inggris
6.      Matematika
7.      IPA
8.      IPS
9.      SBK
10.  Penjaskes
11.  Keterampilan/TIK
B.     MUATAN LOKAL
1.       
       2.


2
2
2
2
2
4
4
4
4
4
4
2
2
4




2
2
2
2
2
4
4
4
4
4
4
2
2
4




2
2
2
2
2
4
4
4
4
4
4
2
2
4




6
6
6
6
6
12
12
12
12
12
12
6
6
12


J U M L A H
44
44
44
132
Tabel 1. Struktur Kurikulum

 



b.      Siswa / peserta didik
1)      Masuk Tahun 2015/2016

Jumlah
Prosentase
Diterima
Nilai Tes awal Masuk Madrasah
Pendaftaran
diterima
Tertinggi
Terendah
Rata-rata
21 Orang
21 Orang
100 %
8.63
7,00
7,45
Tabel 2. Data Siswa Tahun 2015/2016
 


1)      Jumlah Siswa Dan Jumlah Rombongan Belajar Tahun Pelajaran 2012/2013
Kelas
Rombongan
Belajar
Siswa
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
VII
1
14
17
21
VIII
1
18
11
29
IX
1
9
8
17
TOTAL
3
41
26
67
Tabel 3. Jumlah Siswa dan Jumlah Rombongan Belajar Tahun Pelajaran 2012/2013

 




b.      Ketenagaan
1)      Guru
a)      Jumlah Semua Guru
Pendidikan terakhir
PNS
GBPNS
DPK
DPY
Jlh Guru
Pasca Sarjana (S2-S3)
a.       Kependidikan
b.      Non Kependidikan

1

-

-

3

4
Sarjana / S1

-
-
5
5
Sarmud / D3
(Dan Lebih Rendah)
-
-
-
-
-
Jumlah Guru
1
-
-
8
9
Tabel 4. Jumlah Semua Guru

 



b)     Jumlah guru Setiap Mata Pelajaran ( Lampirkan Daftar Nama Guru, Pendidikan, Jurusan, Mata Pelajaran yang diterima, Jumlah jam Mengajar Masing-masing dan daftar pelajaran)
Mata Pelajaran
JUMLAH GURU

Kelebihan Jam

Kekurangan Jam
Seluruhnya

Pendidikan
Jurusan
Jlh Jam Mengajar
S2/S3
S1
D3/SMA
Sesuai
Tdk Sesuai
Pend. Agama
-
1
-
-
-
24
-
-
PKn
-
-
-
-
-
6
-
-
Bahasa Indonesia
-
1
-
-
-
12
-
-
Bahasa Arab
-
-
1
-
-
12
-
-
Bahasa Inggris
-
-
1
-
-
12
-
-
Matematika
-
-
-
-
-
12
-
-
IPA
-
-
1
-
-
12
-
-
IPS
-
-
1
-
-
12
-
-
SBK
-
1
-
-
-
6
-
-
Pend. Jasmani
-
-
1
-
-
6
-
-
TI & K
-
-
1
-
-
12
-
-
BK
-
1
-
-
-
-

-
-
Jumlah Semua Guru
-
3
6
-
-
-
126
-
-
Tabel 5. Jumlah Guru Setiap Mata pelajaran

 
                  Deskripsi pada tabel diatas dapat diketahui bahwa jumlah siswa di Sekolah SMP Muhammadiyah 49 Tegal Rejo berjumlah 67 siswa dan jumlah guru Matematika berjumlah 1 orang serta guru Bimbingan dan Konseling berjumlah 1 orang. Dengan demikian, peran guru Matematika dalam kegiatan  Bimbingan dan Konseling di SMP Muhammadiyah 49 dapat terlaksana dengan baik karena dengan satu orang guru Matematika dan satu orang guru Bimbingan dan Konseling dapat memberikan pelayanan kepada 67 siswa di SMP Muhammadiyah 49 diamana persyaratan Bimbingan dan Konseling yang baik adalah satu guru Bimbingan dan Konseling untuk 150 siswa.

B.     Pembahasan
            Berdasarkan observasi yang dilakukan di SMP Muhammadiyah 49 Tegal Rejo, penyusun melakukan pengamatan dengan guru Bidang Study Matematika dalam kegiatan Bimbingan dan Konseling. Dari hasil pengamatan tersebut, penyusun memperoleh beberapa informasi mengenai peran guru Matematika dalam kegiatan Bimbingan dan Konseling di SMP Muhammadiyah 49 Tegal Rejo, dimana guru Matematika berperan untuk dapat memahami karakter siswa serta berperan dalam memahami siswa yang sedang mengalami masalah sehingga dapat mengganggu proses pembelajaran siswa. Hal ini dilakukan oleh guru Matematika terlebih dahulu untuk menyelesaikan masalah siswa sebelum dibawa kepada guru Bimbingan dan Konseling. Setelah guru Mata Pelajaran Matematika melakukan konseling kepada siswa, guru dapat memberitahukan masalah yang dihadapi siswa kepada guru Bimbingan dan Konseling apabila masalah yang dihadapi siswa merupakan masalah yang cukup berat. Hal inilah yang dinamakan koordiasi antara guru Matematika dan guru Bimbingan dan konseling.
            Menurut hasil observasi yang dilakukan, masalah yang sering dihadapi oleh guru Matematika di sekolah SMP Muhammadiyah 49 Tegal Rejo adalah ketidakhadiran siswa saat mata pelajaran Matematika, dimana jika siswa yang jarang hadir maka guru Matematika yang akan menanganinya dengan cara mencari tahu alasan ketidakhadiran siswa melalui teman dekatnya. Apabila, teman dekatnya tidak mengetahui alasan mengapa siswa tidak hadir maka guru kelas akan menyerahkan masalah tersebut kepada guru Bimbingan dan Konseling, agar guru Bimbingan dan Konseling dapat menangani masalah tersebut dengan cara memanggil orang tua siswa ataupun mendatangi rumah siswa tersebut untuk mengetahui alasan mengapa ia tidak hadir ke sekolah.
            Penyusun mendapatkan informasi mengenai kenakalan siswa yang dilakukan saat proses pembelajaran Matematika di kelas misalnya saling mengganggu teman sebangkunya, melawan guru, sering ijin keluar kelas, kesulitan siswa dalam memahami materi pembelajaran, siswa yang sering tidur di dalam kelas dan lain sebagainya. Dalan hal ini, guru Mata Pelajaran Matematika memberikan pelayanan konseling kepada siswa seperti :
1.      Guru Mata Pelajaran Matematika memberikan sikap peduli kepada semua siswa baik yang mengalami masalah, melakukan masalah ataupun tidak keduanya dengan cara menanyakan siswa yang sedang mengalami masalah.
2.      Guru Mata Pelajaran Matematika memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan pertanyaan atau pendapat agar siswa tidak  bosan dan tidak jenuh saat belajar sehingga tidak ada siswa yang tidur di dalam kelas.
3.      Guru Mata Pelajaran Matematika memberikan reward atau hadiah kepada siswa yang dapat menjawab pertanyaan dari guru untuk memotivasi siswa dalam belajar sehingga siswa betah di dalam kelas dan tidak selalu ijin ke luar kelas.
4.      Guru Mata Pelajaran Matematika dapat menampilkan figure atau moral yang baik kepada siswa sebagai pedoman bagi siswa di kelas.
               Siswa yang bermasalah pada saat belajar Matematika akan ditangani oleh guru Mata Pelajaran terlebih dahulu, jika tidak terselesaikan maka guru Mata Pelajaran Matematika akan menyerahkan siswa tersebut kepada guru Bimbingan dan Konseling dengan langkah-langkah:
1.      Guru Bimbingan dan Konseling mencari tahu pokok permasalahan yang dialami oleh siswa tersebut.
2.      Guru Bimbingan dan Konseling memberikan nasihat dan arahan kepada siswa tersebut.
3.      Jika tidak ada perubahan pada tingkah laku siswa tersebut, maka guru Bimbingan dan Konseling akan memanggil orang tua siswa tersebut, untuk melakukan konsultasi.
4.      Jika setelah melakukan konsultasi dengan orang tua tidak mendapatkan solusi maka guru Bimbingan dan Konseling akan memberikan sanksi kepada siswa sesuai dengan tingkah kesalahan yang dilakukannya, seperti diskors.
            Dari hasil observasi yang dilakukan penyusun, masalah yang dihadapi siswa itu disebabkan oleh beberapa factor, diantaranya: Faktor ekonomi: dimana siswa harus membantu orang tua seperti berjualan sehingga bebrapa siswa banyak yang tidur di dalam kelas. Factor keluarga: dimana siswa berasal dari keluarga yang broken home, sehingga siswa mencari perhatian dengan cara  mengganggu teman saat proses belajar Matematika, melawan guru, dan sebagainya. Factor lingkungan: dimana siswa lebih senang bermain-main saat belajar sehingga membuat siswa menjadi tidak focus saat pembelajaran berlangsung dan ini dapat membuat siswa sulit untuk memahami materi yang disampaikan oleh guru Matematika di kelas.
            Dengan demikian, guru Mata Pelajaran Matematika memiliki peran penting dalam kegiatan Bimbingan dan Konseling di SMP Muhammadiyah 49 Tegal Rejo dan bertanggung jawab saat memeberikan pelayanan kepada siswa yang  memiliki masalah, sehingga siswa dapat menemukan solusi mengenai masalahnya dan dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik.








BAB V
PENUTUP

A.    Kesimpulan
               Dari observasi yang dilakukan dapat diambil kesimpulan, bahwa guru Mata Pelajaran Matematika memilki peran penting dalam kegiatan Bimbingan dan Konseling di SMP Muhammadiyah 49 Tegal Rejo. Pelayanan Bimbingan dan Konseling yang diberikan oleh guru Matematika dilakukan pada saat proses pembelajaran di kelas dengan cara memberikan motivasi dan nilai-nilai positive kepada siswa sehingga siswa mendapatkan pemahaman dan siswa dapat merubah cara belajarnya di dalam kelas. Dari observasi yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa masalah yang sering dilakukan siswa adalah : siswa seing tidur di dalam kelas, siswa mengganggu teman yang sedang belajar, siswa sulit memahami pembelajaran Matematika, dan siswa sering melawan guru Mata Pelajaran. Siswa yang melakukan masalah disebabkan oleh beberapa factor seperti: factor ekonomi, factor keluarga dan factor lingkungan.
B.     Saran
Adapun beberapa saran sebagai berikut:
1.      Bagi Sekolah untuk menyediakan fasilitas Pelayanan Bimbingan dan Konseling agar pelayanan Bimbingan dan Konseling berjalan dengan prosedur.
2.      Bagi guru Mata Pelajaran Matematika, agar dapat  bekerjasama dengan guru Bimbingan dan Konseling dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh siswa.
3.      Bagi siswa, agar dapat berkonsultasi kepada guru Bimbingan dan Konseling mengenai masalah yang dihadapi sehingga siswa dapat menemukan solusi dari masalah yang dihadapinya.
4.      Bagi penyusun, agar dapat mengembangkan pengetahuan mengenai pelayanan Bimbingan dan Konseling di sekolah.
5.      Bagi pembaca, agar dapat mengambil manfaat dari observasi yang dilakukan oleh penyusun.

DAFTAR PUSTAKA

Deliati dan Lesman, Gusman, dkk.  2017, Bimbingan dan Konseling. Medan:         UMSU Press

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengembnagan dan Manfaat Media Cetak, Visual dan Storyboard.

A.     Media Cetak 1.       Pengertian Media Cetak Media pembelajaran berbasis teks cetak ( print out ) adalah berbagai media penyampai pesan pembelajaran dimana terkandung teks (bacaan) dan ilustrasi-ilustrasi pendukungnya. Berbagai bentuk media pembelajaran jenis ini contohnya: buku teks pembelajaran, majalah, buku kerja, LKS, guntingan koran; majalah, leaflet, brosur, dan sebagainya. 2.     karakteristik media pembelajaran berbasis cetak Berbagai penelitian telah dilakukan tentang penggunaan media pembelajaran berbasis teks cetak (print out) ini meliputi penggunaannya dalam kaitan dengan desain yang material yang digunakan, tampilan fisik (warna, bentuk, dsb), hingga rancangan konten yang ada di dalamnya. Berdasarkan berbagai penelitian-penelitian tersebut telah ditentukan karakteristik media pembelajaran berbasis cetak ( print out ) yang baik meliputi: ·          Pengorganisasia...

Pembuktian teorema

Teorema 1 a.        Jika y, a є  R  dengan y + a = a, maka y = 0 b.       Jika z dan b ≠ 0 є R  dengan z.b = b, maka z = 1 c.        Jika a є R , maka a.0 = 0 Bukti Teorema 1: a.        Jika y, a є  R  dengan y + a = a, maka y = 0 y   = y + 0………………………sifat eksistensi є 0 (A3) = y + ( a + (-a) )…………….sifat invers pada penjumlahan (A4) = (y + a) + (-a)..…………….sifat asosiatif pada penjumlahan (A2) y   = a + (-a)  …………….…….sifat invers pada penjumlahan (A4) = 0 Maka y = 0 b.       Jika z dan b ≠ 0 є R  dengan z.b = b, maka z = 1 z   = z . 1 ……………………….sifat eksistensi є 1 (M3) = z . (b.1/b)  …….……….........sifat invers pada perkalian (M4) = (z . b). 1/b  ……………..……sifat asosiatif pada perkalian (M2) z   = b . 1/b   ………….……….….sifat inver...

Faktorisasi bilangan bulat dan kekongruenan

Faktorisasi Bilangan Bulat 1.1.    Bilangan Prima 1.1.1. Defenisi Bilangan Prima Bilangan bulat p > 1 dikatakan prima jika ia hanya mempunyai pembagi p dan 1. Dengan kata lain bilangan prima tidak mempunyai pembagi selain dari 1 dan dirinya sendiri. Berdasarkan definisi ini, 1 bukanlah bilangan prima. Bilangan prima terkecil adalah 2 yang merupakan bilangan genap. Sedangkan bilangan prima lainnya, seperti 3 ; 5 ; 7 ; 11 ; …. semuanya bilangan ganjil. Ingat, sebaliknya bilangan ganjil belum tentu prima; misalnya 9 ganjil tapi bukan prima. Bilangan bukan prima seperti 4 ; 6 ; 8 ; 9 ;…. disebut bilangan komposit. Bila n komposit maka ia dapat dinyatakan sebagai n = ab dimana a; b 2 Z; 1 < a < n; 1 < b < n . Sebelum membahas teorema tentang bilangan prima, terlebih dahulu dijelaskan istilah saling prima. Dua buah bilangan dikatakan saling prima jika faktor persekutuan terbesar (FPB) dari dua bilangan tersebut adalah 1. Istilah lain dari saling prima ada...